Wakatobi Island 2

Image
Sumber: http://www.wakatobi.com
Indonesia merupakan negara segitiga karang dunia dan kuncinya berada di Sultra. Makanya, pekan lalu daerah ini dijadikan lokasi simposyum  terumbu karang yang dihadiri 350 peserta baik warga dalam negeri maupun manca negara. Dengan julukan 'Key of Three Angle Coral' ini, Sultra diharapkan bisa menjaga dan melestarikan terumbu karang yang ada.
Ketua Terumbu Karang Indonesia, Prof. Jamaluddin Jompa mengatakan, bila terumbu karang yang rusak mengakibatkan banyak bahaya. Diantaranya terjadinya erosi kepulauan, punahnya ikan, tidak adanya kehidupan di laut termasuk rumput laut. "Selain itu keindahan wisata seperti yang terjadi saat ini di Sultra tidak akan ada lagi," terangya saat ditemui usai penutupan symposium akhir pekan lalu di Swiss-bel Hotel Kendari.
   
Mengenai pariwisata, Sultra ternyata sangat potensial untuk lokasi wisata bahari. Dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia lebih memiliki sumber daya alam yang lebih banyak. Apalagi di Sultra yang memiliki Wakatobi, tentunya bisa dijadikan pusat promosi wisata bahari. "Malaysia itu hanya kebanyakan promosinya, tidak ada apa-apanya dibandingkan Indonesia. Apalagi di Wakatobi, itu aset bagi daerah ini," papar Jamaludin yang juga Sekretaris Exutive Kormep II (lembaga yang konsen terhadap  terumbu karang) Indonesia ini.
   
Bila terumbu karang sehat, sektor wisata akan menarik wisatawan, khusus untuk di wakatobi yang terkenal dengan wisata diving, karena keindahan lautnya. Kemudian akibat dari sektor wisata ini, akan berimbas pada sektor lain, yakni perhotelan dan restaurant termasuk jasa transportasi baik udara, darat maupun laut. Hal ini tentunya akan meningkatkan jumlah tenaga kerja, karena beberapa perusahaan akan membutuhkan karyawan.
   
Kebutuhan dari sektor usaha tersebut tentunya akan menarik komoditi lokal. Baik dari sisi kerajinan yang menjadi jujukan wisatawan, komoditi pertanian pun akan meningkat konsumsinya karena banyaknya  sektor  usaha yang membutuhkan. "Inilah muara dari peningkatan kesejahteraan masyarakat, dari sisi banyak sektor, pertanian dan penyerapan tenaga kerja. Untuk itu mari kita selamatkan terumbu karang, demi kehidupan yang lebih baik," ajaknya.
   
Lebih jauh, Jamaluddin memaparkan bila Symposium yang berlangsung selama tiga hari itu tentunya dijadikan wahana berbagi ilmu bagaimana menyelamatkan terumbu karang. Pasalnya beberapa narasumber  dari manca negara juga memberikan tekhnologi terkini tentang penelitiannya pada terumbu karang.
   
Dalam penutupan symposium terseut, Gubernur Sultra Nur Alam juga sempat berdialog, dengan para nara sumber dari berbagai manca negara, seperti Amerika, Hongkong, Prancis, Australia dan beberapa negara lainnya. Dalam  dialognya gubernur meminta para pakar terumbu karang itu memberikan sumbangsih pemikiran dan ilmu mereka untuk perbaikan terumbu karang di daerah ini.(KP)   

Komentar

Postingan Populer